Dulu Gedung Marabunta bernama Schouwburg, yang dalam Bahasa Belanda berarti Teater, dan tidak ada patung semut di atasnya. Nama Marabunta dilekatkan menjadi nama gedung ini dan patung semut ditambahkan di atapnya dengan maksud tertentu. “Marabunta” berarti sekelompok besar semut merah yang bermigrasi mengangkut makanan mereka. Gedung ini dijadikan simbol atas sifat semut yang suka bekerjasama, saling bahu-membahu untuk mencapai tujuan.Patung semut raksasa di atap gedung membuat tampilan gedung ini lebih istimewa sekaligus aneh, alias berbeda dari gedung lainnya di Kota Lama. Faktanya, gedung pertunjukan ini, tanpa simbol semut sekalipun sudah berbeda dari gedung pertunjukan lain yang ada di kota-kota di Indonesia kala itu yang umumnya bergaya klasik.
“Gedung Komedi Stadschouwburg” tersebut dahulu berfungsi sebagai tempat pertunjukkan rutin yang dinikmati oleh warga Eropa pada tahun 1854. Namun, sejak awal kemerdekaan RI, gedung itu tak lagi berfungsi untuk menampilkan pertunjukkan, melainkan digunakan sebagai kantor Yayasan Empat Lima, dimana anggotanya termasuk mantan presiden Soeharto dan almarhum Soepardjo Rustam. Kini yayasan tersebut berganti nama menjadi Yayasan Kodam.
BUKTI PERESMIAN
Diperkirakan Gedung Marabunta dibangun tahun 1854. Tidak ada literatur resmi yang menjelaskan kapan tepatnya gedung ini dibangun, dan dasar dari ditetapkannya tahun 1854 sebagai tahun dibangunnya Marabunta adalah saat itu masyarakat Eropa di Semarang gemar menonton pertunjukan. Pertunjukan ini dilangsungkan secara tetap sebulan sekali di sebuah gedung.Gedung Marabunta yang memiliki lengkung busur dan kolom langsing dengan sistem dinding menyangga dan dipasang bata rollag di atas pintu dan jendela.
Pada masa keemasannya gedung ini menjadi sangat popular karena mementaskan seorang artis penari cantik bernama Margaretha Geertruida Zelle yang menggunakan nama panggung Mata Hari.
Aspek seni / kebudayaan
Di gedung inilah keluarga Belanda menghabiskan akhir pekannya dengan menikmati pertunjukkan komedi, orchestra, pertunjukan balet dan sebagainya. Tahun 1897, Margaretha bergabung dengan sebuah grup tari lokal dan mengambil nama Mata Hari sebagai nama panggungnya. Awalnya Margaretha mengawali karir nya di Benua Eropa tepatnya di Paris, dia sebagai penari erotis. Dia mendapatkan keahlian itu dari erotic temple dance di India. Keahliannya dalam menari tersebut membawa si putri menjadi terkenal dan mendapat tawaran untuk pentas di banyak Negara waktu itu.
Di gedung ini orang-orang bisa menikmati pertunjukan dan semua penonton jadi merasa senang dan terhibur, maka jalan di depan gedung ini pun dahulu kala diberinama Komidie Straat. Sebagai gedung pertunjukan, berbagai jenis seni pernah ditampilkan di sini, termasuk seni tari dan musik. Konon, penari cantik Mata Hari pernah pentas di sini. Matahari dikisahkan pernah pula tinggal di Malang. Semasa tinggal di Jawa ia senang menonton orang-orang pribumi berlatih tari Serimpi dan tarian Jawa lainnya. Ia pun mengaku senang dengan tarian-tarian oriental.
Sekarang gedung ini dapat digunakan sebagai tempat foro prewedding dan hunting foto bagi para fotografer karena keunikan bangunan ini yang bernuansa klasik Eropa sehingga menjadi daya tarik tersendiri. Selain itu, tempat ini juga dijadikan tempat konser music ataupun tempat melangsungkan tempat pernikahan terbukti ketika saya melakukan onservasi disana terdapat janur kuning melengkung di depan gerbang namun sudah layu. (penutup)
Aspek politik
Mata Hari adalah seorang penari eksotik yang menjadi terkenal karena dituduh menjadi mata-mata Jerman pada Perang Dunia I. Margaretha lahir di Leeuwarden, Belanda pada tahun 1876. Tahun 1895, ia menikah dengan Rudolf MacLeod, seorang perwira Angkatan Darat Hindia Belanda. Setelah menikah, mereka tinggal di Ambarawa.
Keahliannya dalam memikat orang, menyusup, membuatnya terlibat dalam berbagai affair dengan banyak petinggi penting di banyak negara. Perancis pun pernah menawarinya untuk menjadi agen dengan bayaran 1 juta Frank pada saat itu. Dunia spionase yang kemudian diperankannya membawanya kepada kematian, ia dijatuhi hukuman tembak mati pada 15 Oktober 1917.
Aspek ekonomi
Pada tahun 1999 gedung ini pernah dijadikan café tempat kunjungan para importer asing yang datang ke Semarang. Oleh seorang Pengusaha, gedung ini dijadikan tempat persinggahan para importer asing yang datang ke Semarang. Gedung yang dulunya tempat pertunjuukan seni disulap menjadi sebuah café yang ramai dan terkenal kala itu (ekonomi). . Namun sayangnya, café ini hanya bertahan selama 2 tahun saja mengingat situasi ekonomi yang sulit pada saat itu.
Aspek sosial
Dahulu gedung ini bagaikan broadway, para meneer dan mevrouw akan berdandan rapi untuk menyaksikan pertunjukkan di dalamnya. meneer adalah sebutan pada pria dalam bahasa Belanda yang artinya bapak atau tuan. Sedangkan mevrouw adalah nyonya atau ibu. Jadi tempat ini dahulu hanya digunakan oleh orang Belanda bukan untuk masyarakat pribumi.
Bangunan
Bangunan yang ada sekarang merupakan bangunan replika yang dibangun Yayasan Rumpun Diponegoro sejak tahun 1995. Replika ini dibangun pada lahan di sisi selatan gedung Komedi Stadschouwburg yang asli. Namun karena keterbatasan lahan, luas gedung yang baru lebih kecil dibandingkan bangunan aslinya, hanya sekitar 999 meter persegi. Dalam proses rekonstruksi, Gedung Marabunta dibelah menjadi 2 bagian. Bagian belakang dijadikan kantor pengelola, sedangkan bagian depan dipertahankan tetap seperti bentuk aslinya. Interior yang digunakan di dalam aula sebagian besar menggunakan interior asli gedung Komedi Stadschouwburg, mulai dari atap hingga tiang. Hanya bagian depan yang merupakan desain baru. Gedung hasil renovasi ada di sisi selatan Gedung Marabunta yang asli. Kedua bagian bangunan ini disekat dengan tembok baru. Beberapa plafon dan tiang yang ada di ruang pertunjukan asli digunakan lagi untuk membangun gedung Marabunta yang baru. Untuk kepentingan cagar budaya, plafon dan tiang bangunan asli tersebut tetap dipertahankan. Gedung bagian depan tak sama dengan bentuk aslinya, karena merupakan desain baru. Ornamen yang berbentuk stupa membawa filosofi sendiri sebagai simbol kemerdekaan.
Bagian jendela terdapat kaca mozaik dengan beberapa gambar. Di pintu masuk terdapat kaca mozaik yang menggambarkan kisah Putri Salju dan para kurcaci, sedangkan di 12 buah jendela samping terdapat kaca mozaik Dewi Matahari sedang menari. Di bagian depan, terdapat sisa panggung pertunjukan yang asli. Di sisi kanan pintu masuk terdapat bar berbentuk kapal lengkap dengan hiasan jala dan jaring. Bar ini bukan merupakan bagian asli dari gedung Marabunta, namun merupakan tambahan.
bagian paling istimewa dari Gedung Marabunta, yaitu langit-langit yang (katanya) merupakan lambung kapal yang dibalik. Langit-langit dan tiang-tiang penyangga ini dipertahankan seperti bentuk aslinya. Di bagian langit-langit, terdapat beberapa kipas angin bergaya kuno, sehingga suasana ja-dul semakin terasa kental.
Tak hanya langit-langit yang terbuat kayu, lantai aula pun terbuat dari kayu. Sebenarnya lantai gedung yang asli terbuat dari marmer, namun ketika proses replikasi, lantai ini sengaja dibuat dari kayu, agar serasi dengan langit-langit bangunan. Saya merasakan sendiri, memasuki aula ini seperti memasuki lorong waktu, seolah kita diajak kembali ke awal abad 20, ketika gedung ini masih berfungsi sebagai gedung pertunjukan.
Adapula belasan kipas angin kuno yang menggantung diruangan yang kehadiharannya mampu menggantikan penyejuk ruangan sekaligus menambah kesan klasik ruangan ini.
Tahun 1995 sebagian gedung ini direnovasi dan dibelah menjadi dua bagian. Proses pembangunan gedung Marabunta yang baru cukup rumit, karena harus meraba-raba rupa gedung yang asli.

Slots & Casino Games - Dr.MCD
BalasHapusLooking for the 청주 출장안마 best slots & casino games to play online in 2021? Find the top slots 김해 출장샵 & casino games 부산광역 출장안마 and enjoy a 제주도 출장샵 50% deposit match 전라남도 출장안마 +