GAYA HIDUP KONSUMTIF MAHASISWA UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
Farika Tri Ariyanti (3401413044)
Jurusan Sosiologi & Antropologi, FIS Universitas Negeri Semarang, e-mail triafarika@gmail.com
ABSTRAK
Gaya hidup dapat dikenali dengan melihat bagaimana orang menghabiskan waktunya (aktivitas), apa yang penting orang pertimbangkan pada lingkungan (minat), dan apa yang orang pikirkan tentang diri sendiri dan dunia sekitar (opini). Arus globalisasi membawa dampak terhadap gaya hidup konsumtif, perilaku konsumtif mulai tampak merasuki diri mahasiswa Unnes. Hal itu ditampilkan secara performances dalam konteks fashion sehari-hari ketika mereka melakukan berbagai aktivitas di balik tembok Perguruan Tinggi. Betapa tidak, aneka busana ketat dan berbahan tipis (shifon), serta tatanan rambut yang khas seperti rebonding dan smoothing sudah menjadi ciri khas mereka. Tak terkecuali penggunaan soft lens dan behel serta pemakaian gadget seperti android yang seakan menjamur bagai sakura di musim semi. Semuanya seolah ditampilkan untuk saling bertanding dan bahkan terkesan tak mau kalah dengan teman-temannya. Sementara itu, fenomena lainnya adalah ditandai dengan kebiasaan mereka nongkrong di kafe atau tempat karaokean juga menjadi fenomena tersendiri mewarnai gaya hidup mahasiswa Unnes saat ini. Kebiasaan berkaraoke yang kerap kali dilakukan secara berkelompok bersama teman-temannya sekembalinya dari perkuliahan dan bahkan acapkali dilakukan pada malam hari hingga larut malam, adalah sesuatu yang sudah dianggap biasa-biasa saja dan bahkan diakui oleh beberapa informan sebagai penampilan yang terasa membanggakan.
Kata Kunci: Gaya Hidup, Mahasiswa, Konsumtif
PENDAHULUAN
Menurut Salim (2002:148) modernisasi adalah suatu proses transformasi besar masyarakat, suatu perubahan dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat. Modernisasi ini juga berpengaruh terhadap keadaan di seluruh dunia, begitu pula pada gaya hidup mahasiswa. Hal ini tampak pada aspek nilai dan norma, penggunaan teknologi, gaya berpakaian dan pola kehidupan yang mengalami pergeseran.
Modernisasi membawa dampak bagi kehidupan mahasiswa yang telah mengalami perubahan dalam perkembangan teknologi beserta informasi dikawasan kampus Unnes, bukan masyarakat Sekaran. Perkembangan zaman yang semakin modern serta kehidupan manusia selalu berubah silih berganti, begitu pula dalam kehidupan ekonomi dan sosialnya. Gaya hidup mahasiswa Unnes saat ini telah mengalami perubahan dan perkembangan seiring berkembangnya zaman.
Kini, tampaknya masyarakat modern telah terperangkap ke dalam ruang sosial kapitalisme global. Betapa tidak, berjalannya roda kapitalisme global yang terus berputar itu, maka tentu saja sangat membutuhkan energi pembangkit untuk menggelegarkan liberalisasi kehidupan masyarakat kontemporer. Sementara itu, yang sangat dibutuhkan untuk membangkitkan energi perputaran dan percepatannya adalah bangkitnya sekelompok konsumen yang akan melahap semua produk kapitalisme global itu dan sekaligus pada gilirannya menjadi mangsa serta budak arus konsumerisme yang berdenting nyaring di ruang globalisasi dan liberalisasi tersebut.
Tujuan penulisan dalam artikel ini yaitu: mengetahui, mengungkap, dan mendeskripsikan tentang sejauh mana pengaruh gaya hidup konsumtif dari cara mahasiswa Unnes bergaul demi meningkatkan kebutuhan prestise di dalam kehidupan kampus Unnes; kemudian untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi gaya hidup konsumtif mahasiswa unnes. Tentu pengaruh tersebut tidak lepas dari baik atau buruknya dampak semakin pesatnya kemajuan teknologi dan informasi bagi perubahan gaya hidup yang dialami mahasiswa; selain itu, untuk mengetahui bahaya laten dari gaya hidup konsumtif. Sedangkan manfaat yang diberikan dalam artikel ini adalah memberikan informasi kepada para pembaca mengenai bahaya dari gaya hidup konsumtif sehingga dapat menghindari atau mencegah gaya hidup konsumtif yang sudah mewabah pada diri manusia.
GAYA HIDUP MAHASISWA UNNES
Pengertian mahasiswa adalah komunitas yang diharapkan dapat menerapkan pendidikan yang dimiliki dalam kehidupan sehari-hari seperti yang dikemukakan oleh Ishak (Fauzi 1991: 221) bahwa mahasiswa merupakan seorang individu yang sedang menjalani kurun waktu tertentu dalam dunia pendidikan, terjembatinya atau dikomunikasikannya antara masa pendidikan teoritis dengan masa pendidikan yang mulai mencocokan realitas sosial di luar lingkungan kampus dengan kaidah-kaidah teoritis yang mereka pelajari dan disinilah bermula wawasan idealisme sebagai akibat hasil refleksinya antar pengetahuan sosial yang ada dengan kaidah nilai universal yang mereka pelajari atau yakini.
Seiring perkembangan zaman yang ditandai dengan merebaknya berbagai bentuk gaya hidup modern, mahasiswa yang diharapkan mempunyai kemampuan sebagai agent of change tersebut telah banyak berkurang. Mahasiswa yang sudah terlena dengan berbagai fasilitas-fasilitas tersebut akan menjadi individu yang tidak mampu memilih hal-hal yang bermanfaat bagi dirinya sehingga senantiasa membeli banyak barang baru untuk mengikuti tren perekembangan zaman. Mahasiswa yang seperti itu akan menjadi mahasiswa yang memiliki gaya hidup konsumtif.
Mahasiswa Unnes merupakan mahasiswa yang datang dari berbagai daerah. Kebanyakan mahasiswa Unnes berasal dari daerah jalur pantura. Seperti Brebes, Tegal, Pemalang, dsb. Sehingga tidak heran jika di Unnes sering terdengar bahasa ngapak-ngapak yang terasa asing didengar bagi mahasiswa yang tidak berasal dari daerah tersebut. Mahasiswa Unnes terkenal sebagai mahasiswa yang sederhana dalam berpenampilan bila dibandingkan universitas lain seperti Undip. Namun, belakangan ini gaya hidup mahasiswa unnes telah mengalami perubahan dan perkembangan seiring berkembangnya zaman. Mahasiswa datang dari berbagai daerah. Kehidupan di daerah asalnya tentu berbeda dengan kehidupan disekitar kampus yang telah terpenuhi oleh fasilitas-fasilitas gaya hidup modern. Maka mahasiswa yang sudah terlena dengan berbagai fasilitas-fasilitas tersebut akan menjadi individu yang tidak mampu memilih hal-hal yang bermanfaat bagi dirinya sehingga senantiasa membeli banyak barang baru untuk mengikuti tren perekembangan zaman. Mahasiswa yang seperti itu akan menjadi mahasiswa yang memiliki gaya hidup konsumtif. Sebaliknya, mahasiswa yang tidak terpengaruh akan tetap konsisten pada tujuannya menjadi seorang mahasiswa yang sebenarnya yaitu menuntut ilmu dalam perkuliahan atau berorientasi pada akademisnya. Namun, tidak semua mahasiswa Unnes seperti itu, buktinya masih ada sebagian mahasiswa yang berpenampilan sederhana dan apa adanya. Tetapi, mahasiswa yang seperti itu justru dianggap kuper (kurang pergaulan).
Gaya hidup merupakan ciri sebuah masyarakat modern, atau dapat juga disebut modernitas. Sehingga siapa pun yang hidup dalam masyarakat modern akan menggunakan gagasan tentang gaya hidup untuk menggambarkan tindakan sendiri maupun orang lain (Chaney 1996:40). Mahasiswa Unnes juga memiliki gaya hidup sendiri, dimana mereka bersikap dalam pergaulan sehari-hari. Bagaimana mereka berpakaian dan bagaimana mereka menanggapi teknologi yang masuk dalam kehidupan mereka. Hal tersebut karena mereka sudah berkenalan dengan modernitas yang masuk bersama dengan globalisasi yang membawa pengaruh ke dalam kehidupan mereka. Sehingga gaya hidup mereka sudah merupakan salah satu ciri masyarakat modern.
Gaya hidup juga dapat didefinisikan sebagai suatu frame of reference atau kerangka acuan yang dipakai seseorang dalam bertingkah laku, dimana individu tersebut berusaha membuat seluruh aspek kehidupannya berhubungan dalam suatu pola tertentu, dan mengatur strategi begaimana ia ingin dipersepsikan oleh orang lain.
Gaya hidup konsumtif ini dapat ditandai dengan penggunaan barang-barang bermerek untuk mendapatkan daya tarik dan prestise tersendiri. Bagi mahasiswa yang keadaan ekonominya lebih dari cukup maka mereka dengan mudah dapat membeli barang-barang bermerek. Sedangkan bagi mahasiswa yang keadaan ekonominya pas-pasan akan sedikit sulit untuk membelinya. Namun, hal ini bukan menjadi penghalang, karena mahasiswa akan mengumpulkan uang sebanyak-banyaknya dari uang sakunya bahkan sampai ada yang menghalalkan segala cara. Beberapa merek industri tekstil yang cukup familiar di benak mereka diantaranya adalah Armani, Versace, Guess, Dolce & Gabbana serta merek sepatu dan tas seperti Louise Vuiton, Gucci, Prada, Nevada, Fladeo, FLD, ST Yves sampai merek lokal seperti Yongki Komaladi. Bahkan barang-barang mewah lainnya dapat dibeli dengan cara on line atau melalui katalog sebuah perusahaan Multi Level Marketing (MLM) seperti Sophie Martin, dan lain sebagainya.
Mereka ingin menunjukkan bahwa mereka juga dapat mengikuti mode yang sedang beredar. Padahal mode itu sendiri selalu berubah sehingga para remaja tidak pernah puas dengan apa yang dimilikinya. Alhasil, muncullah perilaku yang konsumtif. Tingkat konsumsi yang berlebihan cenderung mengarah ke ajang memamerkan barang, dan mengarah pada kesenjangan sosial yang semakin jauh antara mahasiswa yang mempunyai gaya hidup mewah dengan yang memiliki gaya hidup sederhana.
Selain itu, perilaku konsumtif pada mahasiswa Unnes dapat dilihat dari gaya hidupnya seperti kebiasaan mereka yang suka nongkrong di kafe. Kegiatan ini biasanya dilakukan hanya untuk sekedar kumpul bersama dengan sesama teman yang dilakukan hingga larut malam yang tidak mengenal laki-laki maupun perempuan. Inilah yang menjadi ciri khas dari mahasiswa. Suka menghabiskan waktunya untuk kegiatan yang tidak jelas hingga larut malam, dampaknya yaitu akan ngantuk saat proses belajar di kampus. Kalau hanya dilakukan sesekali tidak masalah sebagai wujud refreshing dari penatnya kehidupan kampus. Namun, jika dilakukan dengan sering maka akan timbul perilaku konsumtif.
Tatanan rambut yang khas seperti rebonding dan smoothing sudah menjadi ciri khas mahasiswa unnes. Tak terkecuali penggunaan soft lens dan behel serta pemakaian gadget seperti android yang seakan menjamur bagai sakura di musim semi. Semuanya seolah ditampilkan untuk saling bertanding dan bahkan terkesan tak mau kalah dengan teman-temannya.
Kebiasaan berkaraoke yang kerap kali dilakukan secara berkelompok bersama teman-temannya sekembalinya dari perkuliahan dan bahkan acapkali dilakukan pada malam hari hingga larut malam, adalah sesuatu yang sudah dianggap biasa-biasa saja
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU KONSUMTIF
Perilaku konsumtif terjadi karena telah banyaknya tempat-tempat hiburan, mall, café, dan lain-lain sehingga pola konsumsi telah berubah yang mulanya hanya untuk memenuhi kebutuhan menjadi sarana pembentukan identitas diri dalam pergaulan sehari- hari. Mahasiswa yang sebaiknya beraktivitas di dalam kampus untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang bermanfaat malah lebih memilih menghabiskan waktunya berada di mall, kafe, dan tempat hiburan lainnya untuk mengkonsumsi barang-barang yang kurang diperlukan dan berada di tempat hiburan malam demi kepuasan semata untuk meningkatkan prestise. Mereka ingin menunjukkan bahwa mereka juga dapat mengikuti mode yang sedang beredar. Padahal mode itu sendiri selalu berubah sehingga para remaja tidak pernah puas dengan apa yang dimilikinya.
Terjadinya perubahan gaya hidup ini biasanya disebabkan oleh pengaruh teman yang keadaan ekonominya lebih tinggi, pengetahuan teknologinya lebih luas, dan memiliki gaya hidup yang modern. Perubahan ini tampak pada cara hidup mahasiswa mulai dari cara mereka berpakaian, bersosialisasi, dan berbagai kegiatan lainnya seperti nongkrong di kafe yang dapat mempengaruhi tingkat kehidupan yang dianggap modern, gaul, keren oleh mahasiswa.
BAHAYA LATEN SIKAP KONSUMTIF
Budaya konsumerisme tidak bisa dilepaskan dari sistem industri, tentu saja selain untuk memproduksi barang-barang, sistem produksi pun membutuhkan pemasaran produknya. Setiap hari bisa kita jumpai produk baru bermunculan dan setiap hari pula masyarakat disuguhkan iklan-iklan yang memesona calon pembelinya mulai dari menawarkan inovasi teknologi sampai dengan menampilkan produk penunjang gaya hidup (life style).
Dalam budaya konsumerisme, fungsi dari media massa tentu sangat penting karena bisa menjadi ujung tombak yang akan menghipnotis masyarakat dengan produk yang belum tentu sesuai dengan kebutuhan yang dibutukan masyarakat. Media massa menampilkan iklan-iklan yang sangat menarik dan menciptakan gaya hidup yang baru. Masyarakat dewasa ini mulai kehilangan jati diri sebagai sebuah bangsa yang menjunjung tinggi nilai-nilai kebenaran.
Hal ini disebabkan dampak dari bahaya laten konsumerisme yang menggerus nilai-nilai kebenaran. Bahaya tersebut diantaranya yaitu: kehormatan dan derajat seseorang ditentukan dari berapa banyak barang mewah yang dimiliki, bukan dari budi pekertinya. Tentu saja sikap masyarakat yang konsumtif berlebihan juga dipandang buruk dari sisi agama sebagai sifat boros, sifat demikian akan menjadi pemicu lahirnya mata rantai korupsi. Karena korupsi salah satunya ditimbulkan dari sifat keserakahan dan keinginan melebihi dari kebutuhan yang diperlukan.
Gaya hidup konsumtif dapat mendatangkan hedonisme. Hedonisme menurut Pospoprodijo (1999:60), kesenangan atau (kenikmatan) adalah tujuan akhir hidup dan yang baik yang tertinggi. Namun, kaum hedonis memiliki kata kesenangan menjadi kebahagiaan. Disini jelas bahwa sesuatu yang hanya mendatangkan kesusahan, penderitaan dan tidak menyenangkan, dengan sendirinya dinilai tidak baik. Orang-orang yang mengatakan ini, dengan sendirinya, menganggap atau menjadikan kesenangan itu sebagai tujuan hidupnya. Begitupun dengan gaya hidup konsumtif, kesuksesan atau keberhasilan hidup diukur dengan harta benda dan hidup mewah, yang ditunjukkan dengan kendaraan yang bagus, gadget, fashion, pergaulan dan sebagainya yang akan mendatangkan kesenangan duniawi. Gaya hidup yang seperti ini seakan-akan menghipnotis mahasiswa untuk mencoba menikmatinya.
Indonesia sebagai negara berkembang mencoba merubah wajah dari kodratnya sebagai negara agraris yang subur menuju negara industri, lahan-lahan pertanian mulai berubah fungsi menjadi pabrik-pabrik. Hal ini tentu saja akan berdampak terhadap pola hidup dan struktur sosial masyarakat Indonesia sebagai negara berkembang dengan jumlah penduduk yang besar akan sangat menjanjikan sebagai sasaran pemasaran dari produk-produk industri, hal tersebut mendorong lahirnya pola hidup masyarakat yang konsumtif dan serba instan.
SIMPULAN
Perilaku konsumtif adalah perilaku hidup boros untuk pemenuhan kebahagiaan duniawi. Perilaku konsumtif yang terjadi pada mahasiswa ini biasanya akibat dari pengaruh teman. Hal seperti ini menimbulkan akulturasi antara kebudayaan asli dari daerah asal dengan kebudayaan baru di kampus. Kehidupan di daerah asalnya tentu berbeda dengan kehidupan disekitar kampus yang telah terpenuhi oleh fasilitas-fasilitas gaya hidup modern. Maka mahasiswa yang sudah terlena dengan berbagai fasilitas-fasilitas tersebut akan menjadi individu yang tidak mampu memilih hal-hal yang bermanfaat bagi dirinya sehingga senantiasa membeli banyak barang baru untuk mengikuti tren perekembangan zaman. Dengan menyadari bahaya laten konsumerisme, kita sebagai mahasiswa dapat menerapkan pola hidup hemat dan lebih selektif dalam memilih setiap produk yang kita beli dan lebih selektif dalam bergaul sehari-hari. Sebagai mahasiswa seharusnya mengisi waktu dengan belajar dan mengisi kegiatan dengan berbagai macam hal yang positif dan bermanfaat sehingga akan memiliki orientasi ke masa depan dan tujuan hidup sebagai pemuda bangsa sekaligus penerus pendiri bangsa.
DAFTAR PUSTAKA
Salim, Agus. 2002. Perubahan Sosial. Yogyakarta: Tiara Wacana
Chaney, David. 1996. Lifestyle: Sebuah Pengantar Konprehensif. Yogyakarta: Jalasutra.
Tian Septiawan. 2013. Bahaya laten konsumerisme. http://catatanmerahhitam.wordpress.com/2013/11/08/bahaya-laten-konsumerisme/. Diunduh pada tanggal 28 Mei 2014.
Elia. 2011. Konsep konsumsi, konsumen, dan konsumtif.
http://meltri-elia.blogspot.com/2011/10/konsep-konsumsi-konsumen konsumtif.html?m=1. Diunduh pada tanggal 3 Juni 2014.
Umar. 2013. Konsumeristik, hedonistik, dan materialistik. http://musniumar.wordpress.com/2013/04/18/musni-umar-konsumeristik-hedonistik-dan-materialistik-hilangkan-spirit-juang-bangsa-indonesia/. Diunduh pada tanggal 3 Juni 2014.
Ida. 2011. Perilaku konsumtif mahasiswa. http://library.gunadarma.ac.id/repository/view/319549/perilaku-konsumtif-mahasiswa-yang-tinggal-indekost.html/. Diunduh pada tanggal 3 Juni 2014.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar